12.18.2008

Vedad Ibisevic : Merajut Mimpi

Musim lalu tidak ada yang mengenal Vedad Ibisevic. Kini pemain yang sempat dijuluki pembunuh peluang itu berubah menjadi mesin gol Hoffenheim.
Sebuah potret tentang perjalanan hidup yang ditempa oleh perang dan kegetiran.
Setengah jam lamanya Vedad Ibisevic harus menunggu gilirannya bermain. Malam itu timnas Bosnia Herzegovina sedang kerepotan menahan gempuran tuan rumah Turki di hadapan 25.000 pendukung fanatiknya di stadion Inonu, Istanbul.
Papan skor menunjukkan hasil sementara 1-1. Namun betapapun gagahnya Bosnia bertahan, dewi fortuna akhirnya belum mau berpihak pada tim yang dijuluki "Zlatni Ilyilyani" alias si lila emas itu.
Skor 1-2 untuk kemenangan Turki pun semakin menjauhkan mimpi Piala Dunia buat Ibisevic dkk. Malam itu dan malam-malam selanjutnya bersama timnas, Ibisevic gagal merapal sihir yang ditunjukkannya di Bundesliga.
"Ada yang lebih buruk ketimbang gagal mencetak gol"
Bundesliga memang arena yang berbeda buat Ibisevic. Di sini ia menjelma manjadi mesin gol yang tak henti-hentinya menggetarkan jala lawan.
Dengan 18 gol, striker Hoffenheim itu saat ini memimpin daftar sementara pencetak gol terbanyak Bundesliga. Jauh meninggalkan pesaing terdekatnya, Patrick Helmes yang baru mengumpulkan sembilan gol.
Penampilan buruknya di tim nasional tidak lantas membuat Ibisevic terpuruk. Ia pernah melalui masa-masa yang jauh lebih sulit, sehingga satu atau dua kekalahan saja tidak akan membuatnya patah arang.
Betapapun juga, Ibisevic masih memiliki tatapan lembut kekanak-kanakan yang didapatnya dari masa kecil di Vlasenica. Bukan masa yang indah, seperti yang ditulis beberapa media Jerman. Pada saat itu, Ibisevic kecil bersama keluarganya terusir dari kampung halamannya ketika pecah perang Bosnia.
Di Tuzla, kota yang terletak di utara Sarajevo, Ibisevic berkenalan dengan Sepak Bola. Ia bermain dan terus bermain, melupakan sejenak kegetiran hidup di kamp pengungsi dan menemukan kegemaran barunya. "Bola yang kita pakai bahkan tidak lagi berbentuk bulat", kenang Ibisevic akan hari-hari ketika Nevzet Hasanbasic, bekas pemain Sloboda Tuzla di liga utama Yugoslavia, melatih anak-anak remaja di daerah kumuh Slavinovia.
Mereka, termasuk juga Ibisevic, bermimpi suatu saat bisa terkenal layaknya Blaz Sliskovic, bintang Bosnia di dekade 80-an yang bermain untuk Olympique Marseille. Atau setidaknya bermain di liga utama Serbia seperti sang pelatih sendiri, Hasanbasic. "Ketika itu dia muda, keren, dan banyak mengajarkan kita trik bermain sepak bola."
Di usia 16 tahun, Ibisevic terpaksa melupakan sejenak mimpinya itu. Bersama sang ibu, Ibisevic mencoba melarikan diri dari kemiskinan melalui Swiss menuju St. Louis dan akhirnya mendarat di Amerika Serikat, di mana saudaranya sudah lebih dahulu bertempat-tinggal. Meski terhalang kendala bahasa, Ibisevic nekat bermain sebagai penyerang di Roosevelt High School sampai akhirnya tahun 2003 diangkat sebagai Rookie of the Year di Universitas St. Louis.
"Waktu itu semuanya berjalan baik dan nyaman. Tapi saya tahu, sepak bola terbaik cuma dimainkan di Eropa dan saya ingin kembali ke sana", imbuhnya. "Pada liburan musim panas, saya dipanggil Ibrahim Zukanovic ke pusat pelatih U21 Bosnia. Di sana saya bertemu Vahid Halilhodzic", kenang Ibisevic tentang titk balik dalam hidupnya itu.
Halilhodzic adalah bekas pahlawan Bosnia di tahun 80-an yang sukses merebut gelar pencetak gol terbanyak Perancis dua kali berturut-turut. Setelah pensiun, ia mengambil alih posisi pelatih di klub Paris St. Germain dan kebetulan membutuhkan darah segar di lini depan.
Dibuang lalu ditemukan kembali
Tanpa berpikir panjang Ibisevic segera menerima tawaran Halilhodzic dan meninggalkan Amerika. Namun sayangnya kesuksesan yang lama diimpikan gagal menjadi kenyataan. "Saya cuma dimainkan beberapa kali dan ujung-ujungnya dipinjamkan ke Dijon di divisi dua." Dalam hidup Ibisevic, kepahitan tak pernah menyisakan luka. "Saya bekerja keras. Lebih keras ketimbang yang lain." tandasnya berusaha terdengar tenang layaknya pesepakbola usai mengecap buah kesuksesan. Sepuluh gol yang dicetaknya di divisi dua Perancis cukup menarik perhatian Alemannia Aachen untuk segera menyodorkan kontrak dua tahun di Bundesliga.
"Di Aachen segalanya berjalan baik buat saya", imbuh Ibisevic meski klubnya terdegradasi di akhir musim. Sangking baiknya, sampai-sampai pelatih Guido Buchwald murka ketika TSG Hoffenheim meminang striker Bosnia itu. "Saya mendapat tawaran yang tidak mungkin saya tolak," ujarnya berdalih.
Keberhasilan Hoffenheim menembus Bundesliga tak disia-siakan IbisevicDi musim pertamanya bersama Hoffenheim, Ibisevic masih sering mendengar makian pendukung terhadapnya. Dari 31 pertandingan - 22 sebagai pemain pengganti - Ibisevic cuma mampu mencetak lima gol. Tak pelak, julukan sebagai "pembunuh peluang" sempat melekat erat padanya. "Dia bisa keluar dari situasi yang sulit, karena mentalnya yang kuat", puji Manajer Hoffenheim, Jan Schindelmeiser.
Adalah kegetiran perang yang membentuk karakter Ibisevic. "Jika penampilan saya sedang buruk," ujarnya, "maka saya mengingat masa-masa di Bosnia. Ada yang jauh lebih mengerikan ketimbang tidak bermain atau gagal mencetak gol."
Musim ini segalanya berjalan mulus buat Ibisevic. Di awal musim, ia memanfaatkan kesempatan yang muncul ketika Chinedu Obasi dipanggil timnas Nigeria untuk Olympiade, dan segera membuktikan ketajamannya.
Dua gol di Cottbus, dua gol di Hannover dan satu gol penentu kemenangan di Mönchengladbach - julukannya sebagai pembunuh peluang pun lenyap ditelan gelegar para pendukung yang dimabukkan oleh sepak terjang Hoffenheim di Bundesliga. "Tahun lalu saya kehilangan beberapa peluang, dan kepercayaan diri saya langsung hilang. Tahun lalu memang bukan tahun saya. Tapi musim panas kemarin saya bersumpah, bahwa saya akan kembali sebagai pemain yang lebih baik dan sekarang semunya berjalan sempurna." Betul saja, starting Line-up, pencetak gol terbanyak, peringkat kedua di klasemen - ya, semuanya terlihat sempurna, hanya saja sampai kapan?

Hoffenheim Juara Paruh Musim Bundesliga

Selim Teber rayakan gol antarkan Hoffenheim jadi juara paruh musim Bundesliga
Hoffenheim goreskan sejarah dengan mengamankan gelar juara paruh musim Bundesliga usai menahan imbang Schalke 04 1:1. Sementara FC Bayern harus puas di posisi kedua setelah ditahan Stuttgart 2:2.
Sebuah fenomena langka kembali terjadi di Bundesliga: klub debutan 1899 Hoffenheim mengamankan gelar juara paruh musim 2008/09. Klub racikan pelatih Ralf Rangnick yang beberapa musim lalu masih berjibaku di Liga Regional itu kembali ke puncak klasemen setelah menahan imbang Schalke 04 1:1.
Adalah Selim Teber yang menjadi pahlawan Hoffenheim pada minggu terakhir menjelang jeda musim dingin. Teber yang masuk menggantikan Chinedu Obasi merobek jala Schalke melalui tendangan bebas di menit 72 dan sekaligus menyamakan kedudukan buat tim-nya yang lebih dulu tertinggal oleh gol Gerald Asamoah di menit 40.
Hasil tersebut sesuai dengan penampilan kedua tim, meskipun Schalke 04 sebelumnya sempat mengejutkan tuan rumah dengan tampil agresif, dengan mengandalkan umpan-umpan yang cepat dan akurat. Meskipun demikian, lini depan Schalke berulang kali gagal memanfaatkan sejumlah peluang emas yang tercipta.
Hoffenheim yang tampak kewalalahan, lebih dulu diuntungkan dengan keputusan wasit yang mengeluarkan Jermaine Jones dan Orlando Engelaar setelah keduanya berulang kali melakukan pelanggaran. Walaupun akhirnya bisa menyamakan kedudukan, penampilan Ibisevic dkk. jauh dari penampilan mereka sebelumnya.
Maka tak heran, meski sukses mempertahankan posisi di puncak klasemen, pelatih Ralf Rangnick merasa kurang puas atas penampilan anak asuhnya. „Saya tentunya akan lebih gembira, jika para pemain bisa merebut dua angka lebih dalam pertandingan ini“, tandasnya.
Bayern di peringkat kedua
Pada pertandingan hari sabtu (13/12) FC Bayern harus puas dengan angka satu usai ditahan imbang VfB Stuttgart 2:2. Meski sempat bercokol di puncak, Bayern harus kembali turun ke peringkat kedua setelah Hoffenheim menahan imbang Schalke dan membawa pulang satu angka. FC Bayern sempat tertinggal 0:1 lewat gol cepat Sami Khedira di awal babak kedua. Borowski kemudian manyamakan kedudukan di menit 48 dan Toni membawa keunggulan setelah menjebol gawang kipper gaek Jens Lehmann di menit 66. Skor 2:1 tidak berubah sampai menit ke-90, sebelum kemudian Khedira lagi-lagi menjebol gawang Rensing dan menyamakan kedudukan.
"Saya gembira buat para pemain yang mendapat ganjaran sesuai atas kerja keras yang mereka lakukan. Saya kira pertandingan ini cukup menegangkan buat para penonton“, tandas Manajer Stuttgart Markus Babbel usai berakhirnya pertandingan.
Leverkusen tersandung Dari ketiga kandidat juara paruh musim, Bayer Leverkusen mendapat lawan yang paling ringan di minggu terakhir ini. Namun apa daya, melawan klub papan bawah Energie Cottbus, Patrick Helmes dkk cuma mampu bermain imbang 1:1.
Leverkusen tampak kewalahan menjamu tamunya dari Cottbus. Baru di menit 77, kapten Simon Rolfes berhasil memecah kebuntuan dan membawa keunggulan buat timnya, Namun Energie tidak tinggal diam. Shao yang masuk menggantikan Iliev, menyamakan kedudukan dengan memanfaatkan waktu tambahan.
Bisa diduga, pelatih Bruno Labbadia tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya pada penampilan anak asuhnya.“Hasil ini adalah sangat, sangat pahit buat kami. Kami sebenarnya pantas untuk mendapatkan tiga angka. Hasil imbang ini terasa seperti sebuah kekahalan.“ Dengan angka 32, Bayer kini terpeleset ke posisi lima.
Hertha Berlin rebut tiga poin
Hertha BSC Berlin sukses membenamkan tamunya Karlsruher SC dengan skor telak 4:0 dan dengan demikian merayakan kemenangan kandang ke-lima berturut-turut. Kini Berlin menyalip Bayer Leverkusen di klasemen dan menduduki posisi ke-tiga.
Hasil ini membuat Pelatih Hertha Lucien Favre luar biasa bahagia. “Saya sangat puas atas hasil ini. Pergantian pemain banyak mempengaruhi irama permainan. Buktinya Domovchyski langsung mencetak gol. Gol itu sangat luar biasa. Gol ketiga juga sangat cantik, mungkin gol paling cantik yan pernah saya lihat, sejak saya di Berlin“, ujarnya.
Tidak Cuma Hertha, Hamburg SV juga merayakan kemenangan tipis 1:0 melawan tamunya, Eintracht Frankfurt. Dengan kemenangan ini Hamburg mengantongi 33 angka dan bertengger di posisi empat klasemen. Sementara pada pertandingan lain, Werder Bremen mengakhiri rekor buruknya dalam duel tandang dengan memukul VfL Wolfsburg 2:1.
Bara di papan bawah Di zona degradasi, Hannover 96 bermain imbang melawan Arminia Bielefeld 1:1. Dalam pertandingan lain, VfL Bochum yang belum pernah menang dalam 14 pertandingan terakhir, kembali ditaklukkan oleh klub debutan FC Köln 1:2.
Pelatih Köln Christoph Daum segera memuji anak asuhnya. „Jika kami mampu mempertahankan tingkat permainan seperti ini, maka kami akan dengan mudah mencapai tujuan kami, yaitu terus bertahan di Bundesliga.“ Ujarnya.
Bochum saat ini berbagi posisi buncit bersama Borussia Mönchengladbach yang pada pertandingan hari Jumat lalu (12/12) ditaklukkan Dormund 1:2. Keduanya memiliki nilai sama, yakni 11 angka.